Selasa, 04 Juni 2013

HADITS

BAB I
PENDAHULUAN

1.    Pendahuluan

Dalam sejarah  kehidupan manusia, telah muncul istilah kepemimpinan sejak Nabi Adam di turunkan kemuka bumi ini. Yang mana pemimpin itu adalah kelebihan pribadi seseorang dalam suatu bidang, sehingga dengan kemampuan itu ia bisa mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukanya untuk mencapai suatu tujuan.
Begitu juga sejak awal agama islam berkembang, Nabi Muhammad selain sebagai  seorang utusan Rasul yang menyampaikan ajaran-ajaran agama islam tetapi juga seorang kepala negara dan kepala rumah tangga. Yang mana dalam Hadits-hadits  Nabi memberikan contoh bagaimana seorang pemimpin menyelesaikan persoalan-persoalan pribadi maupun sosial kemasyarakatan berdasarkan musyawarah untuk tercapainya kemaslahatan.
setiap orang adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya. Meskipun yang di pimpin itu hanyalah diri sendiri. dan setiap pemimpin itu adalah pelayan masyarakat karena itu ia harus memenuhi segala apa yang di inginkan rakyat baik dalam hal kebaikan bersama dan rakyatpun mempunyai keterbatasan dalam hal mematuhi pemimpin. Untuk itulah kami membuat makalah ini yang membahas tentang pemimpin.
2.    Rumusan Maslah
a.    Setiap Muslim adalah Pemimpin
b.    Pemimpin adalah Pelayan Masyarakat
c.    Batas Ketaatan kepada Pemimpin
3.    Tujuan
Untuk mengetahui siapa sajakah yang disebut dengan Pemimpin itu, apa saja tugas yang harus dilakukan setiap pemimpin baik itu bagi dirinya, keluarganya, dan bagi masyarakat, dan sebatas mana ketaatan masyarakat itu kepada Pemimpin.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    SETIAP MUSLIM adalah PEMIMPIN
Secara Umum Kepemimpinan itu adalah suatu proses ketika sesorang memimpin,membingbing, mempengaruhi atau mengontrol pikiran/perasaaan/tingkah laku orang lain.  Adapun syarat Pemimpin menurut konsep Al Qur’an adalah Beriman dan Bertaqwa, Berilmu Pengetahuan, Mempunyai kemampuan menyusun perencanaan dan evaluasi,  Mempunyai kekuatan mental dalam melaksanakan kegiatan, Mempunyai kesadaran dan tanggung jawab moral serta menerima kritik.  Adapun Prinsip Kepemimpinan dalam islam  Sebagaimana dalam Hadits imam Bukhori dikatakan dalam kitab “Budak” bab: “dibencinya memperpanjang perbudakan:
حَدِ يْثُ عَبْدِ اللهِ ا بْنِ عُمَرَ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَعَمْ قَالَ :كُلُّكُمْ رَاعٍ وَ كُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْأَمِيْرُ الَّذِيْ عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْعُوْلٌ عَنْهُمْ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى اَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُوْلٌ عَنْهُمْ واَلْمَرْاَةُ رَاعِيَّةٌ عَلىَ بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُوْلَةٌ عَنْهُمْ وَالْعَبَدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُوْلٌ عَنْهُ أَلَافَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
(روا ه البخاري)
   Terjemahan hadist
“Dari Abdullah Ibn Umar r.a. Berkata bahwa Rasulullah Saw. Telah bersabda :”Kalian semuanya adalah pemimpin (pemelihara) dan  bertanggung jawab terhadap rakyatnya. pemimpin akan ditanya tentang rakyat yang dipimpinnya. Suami pemimpin keluargnya dan akan di tanya tentang keluarga yang dipimpinnya. Istri memelihara rumah suami dan anak-anaknya dan akan di tanya tentang hal yang dipimpinnya. Seorang hamba (buruh) memelihara harta  milik majikannya dan akan ditanya tentang pemeliharaannya. Camkanlah bahwa kalian semua pemimpin dan akan dituntut ( diminta pertanggung jawaban ) tentang hal yang dipimpinnya.” 
    Hadits ini menjelaskan tentang kepemimpinan setiap orang muslim dan berbagai posisi dan tingkatanya, mulai dari tingkatan Pemimpin rakyat sampai tingkatan Pengembala, bahkan sampai kepada tingkatan Pemimpin untuk diri sendiri. dan semua orang pasti memiliki tanggung jawab dan akan diminta pertanggungjawabanya oleh Allhah SWT. Atas kepemimpinanya di Akhirat nanti, sekurang-kurangnya terhadap dirinya sendiri.
Seorang suami bertanggung jawab atas istrinya, seorang bapak bertangung jawab kepada anak-anaknya, seorang majikan betanggung jawab kepada pekerjanya, seorang atasan bertanggung jawab kepada bawahannya, dan seorang presiden, bupati, gubernur bertanggung jawab kepada rakyat yang dipimpinnya, dst.
Akan tetapi, tanggung jawab di sini bukan semata-mata bermakna melaksanakan tugas lalu setelah itu selesai dan tidak menyisakan dampak (atsar) bagi yang dipimpin. Melainkan lebih dari itu, yang dimaksud tanggung jawab di sini adalah lebih berarti upaya seorang pemimpin untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pihak yang dipimpin.
Dengan demikian setiap orang islam harus berusaha untuk menjadi pemimpin yang paling baik dalam segala tindakannya tanpa di dasari kepentingan pribadi atau kepentingan golongan tertentu. Akan tetapi bagi Pemimpin yang adil ia harus betul-betul memperhatikan rakyatnya dan aspirasi rakyatnya, sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam Al Qur’an :
اِ نَّ ا لله يَأْ مُرُ بِا لْعَدْ لِ وَ ا لْأِ حْسَا نِ ( ا لنحل : ٩٠ )
Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil dan berbuat baik”
Ayat ini memerintahkan agar setiap Pemimpin berbuat adil, Apabila seorang Pemimpin berbuat seadil-adilnya  dan sebijaksananya dan sesuai perintah Allah dalam mempin rakyatnya , rakyatnya itu akan hidup sejahtera begitu juga sebaliknya apabila Pemimpin berlaku semena-mena, bertindak semaunya maka rakyatnya akan sengsara. Pemimpin harus menciptakan keharmonisan antara dirinya dengan rakyatnya.
 Sebagaimana dalam ayat Al Qur’an disebutkan tentang pemimpin yang harus menegakkan keadilan sebagaimana dalam surah Al Ma’idah : 8 :
يَآيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنِوْا كُوْنُوْا قَوَّامِيْنَ لِلهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاَنُ قَوْمِ عَلَى اَلَّا تَعْدِلُوْا اِعْدِلُوْا هُوَ اَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَالتَّقُوااللهَ اِنَّ اللهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ
Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, Hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dngan adil, dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil, berlaku adillah karena adil itu lebih dekat kepada taqwa, dan bertaqwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. 
Dengan demikian  kebahagiaan dan  pahala yang besar menunggu para pemimpin  yang adil, baik di dunia dan terutama diakhirat. Dan bagi pemimpin yang tidak adil akan memperoleh kehancuran dan ketidaktertiban didunia dan baginya siksa yang berat di akhirat nanti.
Jadi setiap orang adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungung jawaban terhadap kepemimpinanya, kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat merupakan jaminan bagi pemimpin yang adil, dan siksaan yang pedih bagi pemimpin yang tidak adil.

B.    PEMIMPIN PELAYANAN MASYARAKAT
Adapun latar belakang Pemimpin itu sebagai pelayan masyarakat adalah sebagaimana kita ketahui setiap individu saling membutuhkan orang lain maka terbentuklah yang namanya masyarakat, dan masyarakat ini memerlukan seoarang Pemimpin yang bisa memimpin mereka pada suata jalan kebenaran, hendaknya sebagaimana Rasul dan Nabi. Untuk itulah Pemimpin ini sebagai Pelayan Masyarakat,  dan Sebagaimana dalam Hadits Imam Bukhori dalam kitab “Hukum-hukum” bab:” Orang yang diberi amanat kepemimpinan”:
حَدِيْثُ مَعْقَلِ بْنِ يَسَارٍ عَنِ الْحَسَنِ أَنَّ عُبَيْدَ اللهِ بْنَ زِيَادٍ عَادَ مَعْقَلَ بْنَ يَسَارٍ فِى مَرَاضِهِ الَّذِيْ مَاتَ فِيْهِ, فَقَالَ لَهُ مَعْقَلٌ : إِنِّى مُحَدِّثُكَ حَدِيْثًا سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : مَا مِنْ عَبْدٍ اسْتَرْعَاهُ اللهُ رَعِيَّةَ فَلَمْ يَحُطْهَا بِنَصِيْحَةٍ اِلَّا لَمْ يَجِدْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ
Terjemahan Hadist
 “Dari Al-Hasan, bahwa Ubaidillah bin Ziyad menjenguk ma’qal  Yasar r.a ketika ia sakit yang menyebabkan kematianya, maka ma’qal berkata kepada Ubaidillah bin Ziyad: aku akan  akan menyampaikan kepadamu suatu hadits yang aku dengar dari Rosululloh SAW. aku telah mendengar Nabi SAW. Bersabda : "Tiada seorang hamba yang diberi amanat rakyat oleh Allah SWT. Lalu ia tidak memeliharanya denga baik, melainkan Allah tidak akan merasakan padanya harum surga (melainkan tidak mendapat bau surga)". (HR. Bukhari dan Muslim)





Hadits ini menjelaskan  bahwa dalam pandangan islam Pemimpin  itu adalah orang yang diberi amanat oleh Allah SWT yang akan dimintai pertanggung jawaban diakhirat. Misalnya meskipun seorang pemimpin bisa lolos dari masyarakat atas ketidak adilanya, tapi ia tidak bisa meloloskan diri dari tuntutan Allah SWT kelak diakhirat. Seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani adalah akuntabilitas (accountable). Istilah akuntabilitas adalah berarti penuh tanggung jawab dan dapat diandalkan. Artinya seluruh perkataan, pikiran dan tindakannya dapat dipertanggungjawabkan kepada publik dan kepada Allah kelak di akhirat nanti.
Oleh karena itu seorang Pemimpin janganlah menganggap dirinya sebagai manusia super yang bisa berbuat dan memerintah semaunya, akan tetapi seorang Pemimpin harus bisa memosisikan dirinya sebagai pelayan masyarakat. Sebagaimana dalam Firman Allah SWT dalam Al Qur’an  dalam suroh asy-syu’ara : 215 :
 جناحك لمن اتبعك من المؤمنينواحفض   

Artinya : “Rendahkanlah sifatmu dari pengikutmu dari kaum mukmin.
 Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang mau mendengar. Mau mendengar setiap kebutuhan, impian, dan harapan dari mereka yang dipimpin. Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang dapat mengendalikam ego dan kepentingan pribadinya melebihi kepentingan publik atau mereka yang dipimpinnya. Mengendalikan ego berarti dapat mengendalikan diri ketika tekanan maupun tantangan yang dihadapi menjadi begitu berat,selalu dalam keadaan tenang, penuh pengendalian diri, dan tidak mudah emosi. Oleh karena itu pemimpin mempunyi tanggung jawab yang sangat besar bagi bangsa ataupun organisasinya yang dipimpin baik itu di dunia ataupun di akhirat nanti.
Pemimpin yang Dzalim yang tidak mau mengayomi dan melayani rakyatnya, dia tidak akan pernah mencium harumnya surga apalagi memasukinya.
 Oleh karena itu ada dua sifat pokok yang harus disandang seorang pemimpi, pertama dia harus kuat dalam melayani masyarakat, kedua dia harus bisa dipercaya sebagaimana dalam ayat Al Qur’an surah Al Qashash: 26
إن خير من استئجر اقوي الأمين   
Artinya : “sesungguhnya orang yang paling baik engkau tugaskan adalah orang yang kuat lagi dipercaya”
Jadi seorang pemimpin adalah orang yang telah dipercaya oleh Allah swt untuk memelihara sebagian kecil dari hambanya di dunia, Untuk itu dia harus berusaha untuk menjaga dan memelihara rakyatnya, jika tidak dia tidak akan pernah mencium harumnya surga, dan bagi kaum muslimin agar bisa memiliki pemimpin yang adil yang bisa memelihara dan menjaga mereka haruslah memilih pemimpin yang betul-betul dapat dipercaya dan kuat dalam kepemimpinanya.

C. BATASAN KETAATAN KEPADA PEMIMPIN
    Sebagaimana dalam Hadits Imam Bukhori dalam (93) kitab : “Al Ahkam” (4) bab : “Mendengarkan dan Menaati Pemimpin selagi tidak memerintahkan untuk berbuat dosa”
حَدِيْثُ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ, عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ فِيْماَ أَحَبَّ وَكَرِهَ مَالَمْ يُؤْمَرُ بِمَعْصِيَةِ فَإِذَا أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلاَ سَمْعَ وَلاَطاعَةَ

 Terjemahan
 “Hadits dari Abdullah bin Umar r.a berkata : bahwa Nabi SAW. bersabda : seorang Muslim wajib Mendengar dan taat  kepada pemerintahnya dalam apa yang disetujui ataupun tidak setuju, selama ia tidak diperintah berbuat maksiat, maka jika diperintah berbuat maksiat maka tidak wajib mendengar dan wajib taat". (HR. Buhkari dan Muslim)
    Kedudukan seorang pemimpin sangat tinggi dalam Dunia Islam, sehingga ketatan mereka disejajarkan dengan ketaatan kepada Allah dan Rasulnya, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al Qur’an surah An Nisa’ ayat 59 :
يايهااالذين امنوا اطيعوا الله واطيعوا الرسول واول الامر منكم فان تنا زعتم في ثيئ فردوه الى الله والرسول ان كنتم تؤمنون باالله واليوم الاخر ذلك خير واحسن تأويلا
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman , taatilah Allah dan taatilah Rasulnya, dan Ulil Amri diantara kamu, kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur;an ) dan Rasul (Sunahnya), Jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian, yang demikian itu lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya”.
Berdasarkan hadits dan ayat di atas Nabi Muhammad saw. berpesan agar setiap muslim hendaknya mendengar dan mematuhi keputusan, kebijakan dan perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh para pemimpin, baik itu menyenangkan ataupun tidak me nyenangkan bagi dirinya. Selama peraturan tersebut tidak bertentangan dengan perintah Allah dan Rasul-Nya.
Sebab kunci dari keberhasilan suatu negara atau organisasi diantaranya terletak pada ketaatan para warga atau pengikutnya dan pemimpinnya kepada Allah. Dan apabila kaum muslimin tidak mau mendengar dan tidak mau mematuhi serta tidak memiliki rasa tanggung jawab terhadap segala sesuatu yang terjadi di Negara atupun di organisasi tempat ia tinggal, maka kehancuranlah yang akan terjadi dan sekaligus menjadi bencana bagi umat islam.
Apabila pemimpin memerintahkan sesuatu yang bertentangan dengan ajaran Allah dan Rasul-Nya, maka kita tidak boleh mentaati perintahnya. kepatuhan terhadap pemimpin mempunyai batasan tertentu yakni selama memimpin dan mengarahkan kepada hal-hal yang positif dan tidak menuju ke jalan kemaksiatan maka kita wajib mematuhi perintahnya, begitu pula sebaliknya.  Misalnya, pemimpin itu melarang wanita muslim mengenakan jilbab; pemimpin yang menyuruh untuk melakukan perjudian dan masih banyak contoh yang lain. Karena, kemajuan  dan kehancuran suatu bangsapun tergantung kepada Pemimpinya.

Sebagaimana dalam Qur’an Surah Ar-Ra’d : 11:

له معقبت من بين يديه ومن خلفه يحفظونه من امر الله ان الله لايغير ما بقوم حتى يغيروا ما بانفسهم واذا ارادالله بقوم سوءا فلا مرد له ومالهم مندونه منوال
Artinya : “ Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, dimuka dan dibelakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah , sesungguhnya Allah tidak mengubah suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri, dan apabila  Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum maka tidak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka kecuali Dia”.
Kriteria-kriteria pemimpin yang wajib kita taati :
1)      Islam
2)      Mengikuti perintah-perintah Allah dsan Rasul-Nya
3)      Menyuruh berbuat baik dan mencegah berbuat munkar
4)      Lebih mementingkan kepentingan umat daripada kepentingan pribadi
5)      Tidak mendzalimi umat Islam
6)      Memberikan teladan dalam beribadah
Jadi Ummat islam diwajibkan menaati para pemimpin baik dalam hal yang disetujuinya ataupun tidak disetujuinya, sejauh pemimpin tersebut tidak memerintahkan untuk berbuat kemaksiatan atau dosa, dan jika seorang pemimpin itu memerintahkan kemaksiatan maka rakyatnya tidak wajib menaatinya, bahkan rakyat itu harus berani menegurnya dengan cara yang baik.






BAB III
PENUTUP

1.    Kesimpulan
Allah SWT mengatakan setiap  Muslim itu adalah Pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinanya, baik itu Pemimpin diri sendiri, keluarga,masyarakat dll. Dan Pemimpin itu harus bisa memosisikan dirinya sebagai pelayan masyarakat karena pemimpin adalah pelayan masyarakat yang telah diberikan  amanat oleh Allah SWT, karena jika seorang pemimpin tidak bisa melayani masyarakatnya atau tidak bisa berbuat adil kepada rakyatnya maka dia tidak akan pernah mencium harumnya surga apalagi memasukinya.
Begitu juga dengan masyarakat harus patuh kepada Pemimpin selagi pemimpin tersebut tidak mengajak kepada perbuatan maksiat,karena Pemimpin itu sama dengan Ulil Amri yang harus ditaati sebagaimana dalam ayat Allah SWT dalam ayat Al Qur’an Surah An Nisa ayat 59.

2.    Saran
Kita sebagai Mahasiswa atau sebagai Pemimpin masa depan, apabila kita dipilih sebagai Pemimpin seharusnyalah kita menjadi seorang Pemimpin yang baik, yang melaksanakan keadilan kepada setiap rakyatnya, dan mengajak rakyatnya kejalan yang benar sesuai dengan sunah Nabi.
Apabila kita sebagai rakyat hendaklah kita memilih Pemimpin yang kuat dan dapat dipercaya yang bias memimpin kita kejalan yang benar, dan kerjakanlah perintahnya selagu tidak menyimpang dari Al Qur’an dan Sunan atau tidak mengajak kepada perbuatan maksiat.
 



DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................!
KATA PENGANTAR...............................................................................................................!!
BAB I
PENDAHULUAN
1.    Rumusan Masalah..........................................................................................................1
2.    Tujuan............................................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN
1.    Setiap Muslim adalah Pemimpin...................................................................................2
2.    Pemimpin Pelayan Masyarakat......................................................................................4
3.    Batas Ketaatan kepada Pemimpin.................................................................................6
BAB III
PENUTUP
1.    Kesimpulan....................................................................................................................9
2.    Saran..............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11




DAFTAR PUSTAKA
Syafe’i Rachmad.  Al Hadits Aqidah, Akhlak, Sosial, dan Hukum, 2000, Bandung, Pustaka Setia.
Sunarto Achmad. dkk, Terjemah Shahih Bukhori Jilid 3, 1993, Semarang, Asy Syifa.
Sunarto Achmad. Dkk, Terjemah Shahih Bukhori Jilid 9, 1993, Semarang, Asy Syifa.
Kayo Pahlawan Khatib. Kepemimpinan Islam dan Dakwah, 2005, Jakarta, Amzah, Cet I.
Al Qur’anul Karim.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar