Selasa, 04 Juni 2013

PENGERTIAN IBADAH, KEBAIKAN DAN KEJAHATAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.    Latar Belakang
Manusia tidak lepas dari yang namanya Ibadah, Kebaikan dan Kejahatan, karena Allah swt telah menciptakan Manusia itu hanya untuk beribadah kepadaNya dan menyembah kepadaNya. Tetapi Allah swt memberikan dua pilihan kepada setiap Manusia, yaitu Surga atau Neraka, mengikut ibadah kebaikan atau kejahatan. Apabila Manusia memilih Ibadah Kebaikan ia akan masuk ke surga, dan apabila Manusia memilih Kejahatan ia akan masuk Neraka. Jadi pandai-pandai Manusialah untuk memilih dan memilahnya dalam kehidupan Dunia ini.
Apabila seseorang atau setiap Manusia mendapat kebaikan atau Karunia di Dunia ini, maka itu datangnya dari Allah swt, dan apabila Manusia mendapat keburukan, datangnya adalah akibat perbuatanya sendiri, karena pada hakekatnya Allah telah mengatakan siapa yang melakukan Ibadah Kebaikan maka akan Allah berikan Karunia kepadanya, dan barang siapa yang melakukan Kejahatan maka akan Allah berikan balasan yang setimpal dengan kejahatanya itu.  Allah swt adalah Maha Adil atas segala sesuatu. Jadi dalam makalah ini kami akan membahas tentang Ibadah, Kebaikan dan Kejahatan.
2.    Rumusan Masalah
a.    Apakah yang dimaksud dengan Ibadah, Kebaikan dan Kejahatan ?
b.    Apakah surah-surah yang terkandung dalam Al Qur’an yang menjelaskan tentang Ibadah, Kebaikan dan Kejahatan serta penafsiranya ?

3.    Tujuan
Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan Ibadah, Kebaikan dan Kejahatan, serta surah-surah yang terkandung dalam Al Qur’an tentang Ibadah, Kebaikan dan kejahatan serta penjelasan atau penafsiran dari ayat-ayat tersebut.


BAB II
PEMBAHASAN
    Ibadah adalah suatu bentuk kepatuhan kita atau pengabdian kita dan ketundukan kita kepada sesuatu yang diyakini yaitu Allah swt yang menguasai jiwa raga kita, dengan penguasaan yang luas yang tidak terjangkau.  Dengan kata lain Ibadah adalah bentuk pengabdian seseorang kepada Tuhannya atas dasar Ketauhidanya kepada Allah swt atas Qodratnya sebagai Manusia.
    Yang mana bentuk Ibadah secara Umum yaitu Mendirikan sholat, puasa pada bulan Ramadhan, membayar zakat, menunaikan haji bagi yang sanggup. Selain ini masih banyak lagi bentuk-bentuk Ibadah, yang intinya apabila seseorang melakukan kebaikan dalam hidupnya itu adalah Ibadah. Akan tetapi yang terpenting dalam melakukan Ibadah ini adalah shalat, karena sholatlah penentu diterima tidaknya ibadah-ibadah yang lain. Apabila nanti di akhirat jika seseorang  diterima sholatnya atau bagus dalam sholatnya maka amal Ibadahnya yang lain akan baik dan akan diterima, tetapi jika sholatnya tidak baik maka amal Ibadah yang lainpun tidak baik atau tidak diterima.
    Kebaikan adalah setiap amal-amal yang dilakukan yang mendatangkan pahala, atau Kebaikan adalah setiap pekerjaan yang diperintahkan oleh Allah swt dan menjauhi laranganya. Penyebutan Kebaikan dalam Al Qur’an berbeda beda, ada yang menyebutkan kebaikan itu خير ,حسن, بر  dan lain-lain.
    Kejahatan yaitu setiap pekerjaan yang melanggar perintah Allah swt. Kalau dalam masyarakat kejahatan adalah setiap pekerjaan yang melanggar aturan-aturan yang telah ditetapkan. Kejahatan ini biasanya jika dilakukan Manusia akan berakibat kepada dirinya sendiri dan orang lain. Penyebutan Kejahatan ini dalam Al Qur’an ada dua yaitu :
1.    فحشا artinya keji, yang dimaksud keji adalah segala sesuatu yang melampaui batas dalam keburukan baik dalam perbuatan atau perkataan
2.    منكر artinya munkar, yang dimaksud munkar adalah segala sesuatu yang melanggar norma-norma baik  Agama, Adat istiadat, dan Budaya.  
Jadi adapun penjelasan Ibadah, Kebaikan dan Kejahatan dalam ayat Al Qur’an terdapat dalam surah Al Baqarah ayat 21, Al A’raf ayat 172, Ar Rum ayat 30, Al An’am ayat 160, An Nisa ayat 79.
1.    Surah Al Baqarah ayat 21
Perintah menyembah Allah swt yang Maha Esa

 يَاأَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُون
Artinya : Hai Manusia, sembahlah Tuhan-mu yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelum kamu agar kamu bertkwa.
" ياأيها ا لناس Wahai manusia!” (pangkal ayat 21), Yaitu kata seruan kepada warga mekkah dan seluruh manusia yang telah dapat berfikir. اعْبُدُوا “sembahlah Olehmu”yaitu dengan bertauhid KepadanNya.خلقكم  رَبَّكُمُ الَّذِي “ Tuhanmu yang telah menciptakan kamu”.Yaitu dari yang tidak ada, kamu telah diadakan dan hidup di atas bumi ini لذين وا “Dan”diciptakan-Nya pula. قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ من“orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa “.  Misalnya manusia datang kedunia ini dengan mendapat sawah dan ladang, rumah tangga dan pusaka yang lain dari nenek moyang, sehingga yang datang kemudian hanya melanjutkan apa yang dicecang dan dilatih oleh orang tuanya. Maka orang tua yang telah meninggalkan pusaka itupun Allah swt jugalah yang menciptakan mereka. Dan Allah swt mengingatkan ini supaya kita bertakwa dan terpelihara sebagaimana yang terdapat pada ujung ayat 21 Al Baqarah ini.
Manusia disuruh mengingat hal itu dalam surah Al Baqarah ini, agar manusia insaf akan kedudukannya dalam bumi ini. Dengan mengingat diri dan mengingat kejadian nenek moyang bersambung ingatan yang sekarang dengan zaman lampau, supaya kelak diwariskan lagi pada anak cucu, yaitu supaya selalu terpelihara  dan manusia bisa  memelihara diri dan kemanusiaan, yaitu dengan jalan beribadah, berbakti dan menyembah kepada Tuhan, mensyukuri nikmat yang telah dilimpahkanNya.
Tetapi ibadah yang dilakukan manusia itu bukanlah untuk kepentinganNya, melainkan kepentingan sang pengabdi atau manusia supaya manusia itu terhindar dari siksa dan sanksi Allah swt di Dunia dan Akhirat.

2.    Surah Al- A’raf ayat 172
Ketauhidan Sesuai dengan Fitrah Manusia

  وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي ادَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى

أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلى شَهِدْنَا اَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ

هَذَا غفِلِينَ  
Artinya : Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan  anak-anak Adam dari sulbi mereka, dan Allah swt mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) “Bukankah aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab, “ Betul ( Engkau Tuhan Kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar dihari Kiamat kamu tidak mengatakan, “ Sesungguhnya kami (Bani Adam ) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini ( Keesaan Tuhan ).
    Dalam ayat ini Allah swt menerangkan tentang janji yang dibuat pada waktu manusia dilahirkan dari rahim orang tua (ibu) mereka, secara turun temurun, yakni Allah swt menciptakan manusia atas dasar fitrah. Allah swt menyuruh roh mereka untuk menyaksikan susunan kejadian diri mereka yang membuktikan keesaan-Nya, keajaiban proses penciptaan dari setetes air mani hingga menjadi manusia bertubuh sempurna, dan mempunyai daya tanggap indra dengan urat nadi dan system urat syaraf yang mengagumkan, dan anggota tubuh lainya. Allah  swt berkata kepada roh manusia itu, “bukankah aku ini Tuhanmu?” Maka roh manusia menjawab “Benar Engkaulah Tuhan kami), kami telah menyaksikan.” Jawaban ini merupakan pengakuan roh pribadi manusia sejak awal kejadiannya akan adanya Allah Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan  yang patut disembah kecuali Dia. 
   
Ayat ini menjelaskan mengapa kesaksian dibuat oleh Allah swt, pertama agar Manusia di hari Kiamat nanti tidak mengatakan, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang lengah terhadap ini karena tidak ada petunjuk yang kami peroleh yang menyangkut dengan wujud dan keesaan Allah swt. Maka Allah swt mengambil dari mereka kesaksian dalam arti Allah swt memberikan kepada setiap Insan itu potensi dan kemampuan untuk menyaksikan Keesaan Allah swt bahkan menciptakan mereka dalam keadaan fitrah kesucian dan pengakuan atas Keesaan itu. 

3.    Surah Ar - Rum ayat 30

 فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِينِ حَنِيفًا فِطْرتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ
        
                                   لِخَلْقِ اللَّهِ ذلِكَ الدِينُ الْقَيّمُ وَلكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah). (tetaplah atas) fitrah Allah swt yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah swt (itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak ada yang mengetahui.
                                                                                                     فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِينِ حَنِيفًا  “Maka Hadapkanlah atau Tegakkanlah wajahmu kepada Agama dalam keadaan lurus”. Maksud Tegakkanlah adalah berjalanlah dan tetap berada diatas jalan Agama yang telah disyari’atkan oleh Allah swt untukmu, yaitu Agama Hanif yang artinya sama dengan Al- Mustaqim yaitu Lurus, yang tidak ada membelok kekanan dan kekiri. Dan berpalinglah kamu dari kesesatan untuk menuju kepada petunjuk.






                                                                                  فِطْرتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا
“Tetaplah kalian semua pada Fitrah Allah swt yang telah menciptakan Manusia menurut Fitrah itu. ”Maksudnya sesungguhnya Allah swt telah menjadikan Fitrah dalam diri manusia itu yang cenderung kepada ajaran Tauhid.  Maka setiap Bayi yang lahir disebut  dalam keadaan Fitrah.
Yang mana arti Fitrah itu diambil dari kata Fathara yang artinya mencipta, jadi Fitrah itu adalah menciptakan sesuatu pertama kali tanpa ada contoh sebelumnya atau disebut juga asal kejadian atau bawaan sejak lahir.

لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ

“Tidak ada perubahan atas fitrah Allah swt” Maksud kata-kata ini adalah kalimat berita yang mengandung makna perintah,seolah-olah dikatakan Janganlah kalian mengganti Agama Allah swt dengan kemusyrikan. Pada Dasarnya akal Manusia itu diciptakan seperti lembaran putih bersih dan siap menerima tulisan yang akan dituangkan diatasnya, dan Ia (akal) juga seperti lahan yang dapat menerima semua  apa yang akan ditanam kepadanya, dan Jiwa /Akal manusia itu tidak akan mengganti Fitrah yang  baik  yang telah diberikan kepadanya dengan Fitrah yang buruk melainkan dengan adanya seorang Guru yang mengajarinya kepada yang buruk.
Misalnya pada pada orang Yahudi dan Nasrani, seandainya membiarkan anaknya, niscaya anaknya itu akan mengetahui sendirinya Tuhan itu satu dan akalnya tidak akan menuntut kepada yang lain, karena  sesungguhnya ternakpun tidak akan terpotong-potong dagingnya kecuali ada faktor dari luar dirinya. Demikian pula dengan lembaran akal, ia tidak akan terpengaruh melainkan ada faktor dari luar yang menyesatkanya tanpa ia sadari.

                                                                                                                      ذلِكَ الدِينُ الْقَيّمُ
“Itulah Agama yang Lurus”. Maksudnya Allah swt  telah memerintahkan kepada manusia yaitu ajaran Tauhid yang ada dalam agama yang lurus, yang tidak ada kebengkokan dan penyimpangan didalamnya, maksudnya Agama yang lurus ini adalah terjaga kebersihan dan kesucianya dari segala macam kesalahan dan kebatilan dan juga Agama yang terpelihara disisi Allah swt dan akan lenggang selama-lamanya.

                                                        وَلكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

 “Akan tetapi kebanyakan Manusia tidak Mengetahui” Maksudnya setelah Allah swt memberikan Fitrah kepada Manusia, kebanyakan Manusia tidak mengetahuinya tidak mengamalkanya karena mereka tidak mau menggunakan akalnya guna memikirkan bukti-bukti yang jelas yang menunjukan kepada Ketauhidan. Contohnya sekarang sudah banyak manusia yang merubah Fitrah Allah swt.

4.    Surah Al-An’Am ayat 160

   مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالها وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزى إِلَّا مِثلَهَا وَهُم لا يظلمون           

Artinya :  Barangsiapa membawa amal yang baik, Maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat Maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).
Ayat ini menjelaskan bahwa pembalasan Allah swt. sungguh adil, yakni barang siapa diantara manusia yang datang membawa amal yang baik, yakni berdasar iman yang benar dan ketulusan hati, maka baginya pahala sepuluh kali lipat amalnya sebagai karunia dari Allah swt. dan barang siapa yang membawa perbuatan yang buruk maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, mereka yang melakukan kejahatan itu sedikitpun tidak dianiaya tetapi masing-masing akan memperoleh hukuman setimpal dengan dosanya. Ayat ini memerintahkan kita  untuk memperbanyak kebaikan, karena barang siapa yang datang kepada Allah di hari kiamat dengan sifat-sifat yang baik, maka ia akan mendapat ganjaran atau pahala dari Allah swt.

Dan barang siapa yang membawa sifat-sifat yang buruk maka siksaan yang akan diterimnya yang setimpal dengan kejahatannya. Artinya suatu kejahatan tidaklah akan dibalas dengan sepuluh kali ganda siksaan. Maka ayat ini memberikan kejelasan bahwasanya sifat Rohman dan Rohim Allah swt lebih berpokok dari sifat murkanya Allah swt.

5.    Surah An Nisa’ ayat 79

 مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ وَأَرْسَلْنكَ لِلنَّاسِ رَسُولًا وَكَفى بِاللَّهِ شَهِيدًا

Artinya :  Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah swt, dan apa saja bencana yang menimpamu, Maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. dan cukuplah Allah swt  menjadi saksi.
Ayat ini menegaskan bahwa manusia itu diberi kemampuan memilah dan memilih, dan masing-masing akan mendapatkan hasil pilihannya. Allah swt dalam perintah dan larangan-Nya menghendaki, bahkan menganjurkan kepada manusia agar meraih kebaikan dan nikmat-Nya, karena itu ditegaskan-Nya bahwa, apa saja nikmat yang engkau peroleh, wahai Muhammad (Rasul) dan semua manusia, adalah dari Allah swt, yakni Dia yang mewujudkan anugerah-Nya, dan apa saja bencana yang menimpamu, engkau wahai Muhammad (Rasul) dan siapa saja selain kamu, maka bencana itu dari kesalahan dirimu sendiri, karena Kami mengutusmu tidak lain hanya menjadi Rasul untuk menyampaikan tuntutan-tuntutan Allah swt kepada segenap manusia, kapan dan di mana pun mereka berada. Kami mengutusmu hanya menjadi Rasul, bukan seorang yang dapat menentukan baik dan buruk sesuatu sehingga bukan karena terjadinya bencana atau keburukan pada masamu kemudian dijadikan bukti bahwa engkau bukan Rasul. Kalaulah mereka menduga demikian, biarkan saja. Dan cukuplah Allah swt menjadi saksi atas kebenaranmu.
Ayat ini ditunjukkan kepada Rasulullah saw saat sikap-sikap orang munafik dalam menghadapi peperangan. Berdasarkan Ayat  ini, maka kebaikan berasal dari karunia Allah swt secara mutlak, dan keburukan berasal dari diri manusia sendiri secara mutlak. Dan Ketaatan kepada Allah swt merupakan salah satu sebab mendapatkan nikmat, dan bahwa kedurhakaaan kepadanya merupakan salah satu jalan yang mendatangkan kesengsaraan. Ketaatan kepadanya adalah mengikuti sunnah-sunnah-Nya dan menggunakan jalan-jalan yang telah diberikan-Nya.
“Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia”. Kewajiban Rasul hanyalah menyampaikan ajaran Allah swt. Dia tidak mempunyai urusan dan campur dalam perkara kebaikan dan keburukan yang menimpa manusia, karena beliau diutus menyampaikan ajaran menyampaikan hidayah.
“Dan cukuplah Allah swt menjadi saksi”. Sesungguhya rasul diutus kepada seluruh umat manusia hanya sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan, bukan sebagai orang yang berkuasa atau untuk mengubah dan mengganti aturan-aturan yang sudah ditetapkan oleh Allah swt.













BAB III
PENUTUP

1.    Kesimpulan
Ibadah adalah suatu bentuk pengabdian Manusia kepada Allah swt Qodratnya sebagai Manusia, Ibadah ini ada yang disebut kebaikan dan kejahatan. macam-macam Ibadah ini Banyak sekali asalkan yang mendatangkan pahala atau mengerjakan seluruh perintah Allah swt dan menjauhi Laranganya atau disebut dengan Ibadah kebaikan, dan apabila mengerjakan seluruh yang dilarang Allah swt disebut dengan kejahatan. Tetapi Ibadah yang paling utama adalah sholat, karena Sholatlahlah penentu diterima atau tidaknya amal Ibadah kita yang lain, jika bagus sholatnya amal ibadahnya yang lain juga bagus, begitu juga dengan sebaliknya.
Ayat yang menjelaskan tentang Ibadah terdapat dalam surah Al Baqarah ayat 21 tentang Ibadah menyembah Allah swt, bahwa dialah yang patut disembah karena Dialah yang menciptakan manusia,baik sekarang ataupun zaman dahulu , Al a’Raf ayat 172, tentang Pengakuan Manusia tantang adanya Tuhan yang patut disembah saat berada dalam rahim seorang ibu. Surah Ar Rum ayat 30 tentang Bertauhid kepada Allah swt dengan mengikut pada Agama yang lurus yang terjaga kesucianya atas dasar fitrahnya sebagai Manusia.Surah Al An’am ayat 160 tentang Siapa yang berbuat amal atau Ibadah kebaikan akan diberikan Allah swt karunianNya dan siapa yang melaksanakan kejahatan akan dibalas Allah swt sesuai kejahatanya. Surah An Nisa’ ayat 79 tantang segala nikmat yang diberikan kepada Manusia datangnya dari Allah swt dan dan bencana datangnya dari diri sendiri.
2.    Saran
Kita sebagai ummat Manusia hendaknyalah kita bersuyukur atas nikmat yang diberikan Allah swt dengan cara beribadah kepadanya, dengan melakukan kebaikan dan menjauhi kejahatan, dan kita harus mengingat Fitrah kita sebagai Manusia yang Allah berikan kepada kita, janganlah kita ingin-merubah-rubah fitrah tersebut. Dan buatlah jiwa kita yang bersih bagaikan kertas menampung segala kebaikan dan membuang segala kejahatan.


DAFTAR PUSTAKA

Ali Yusuf Abdullah, Qur’an dan Terjemahan Tafsirnya juz I s/d XV, Jakarta : Pustaka Firdaus, 1993.
Kementrian Agama RI, Al Qur’an dan Tafsirnya Jilid III  Juz 7- 8- 9, Jakarta : Lentera Abadi, 2010.
Al Maraghi Mushtafa Ahmad, Terjemah Tafsir Al Maraghi 5- 8- 21, Semarang : CV Toha Putra, Semarang, 1992.
Hamka, Tafsir Al- Azhar Juz 21-22-23, Jakarta : Pustaka Panjimas, 1988
Shihab Quraish, Tafsir Al Misbah Volume I dan Volume IV, Jakarta : Lentera Hati, 2002.
Al Mahali Jalaludin. Dkk, Tafsir Jalaludin Jilid I, Bandung : Sinar Al Gensindo, 2004.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar